animasi blog

Kamis, 23 April 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN :-)

nama : intan komala sari
nama blog :http://intankomalasari95.blogspot.com/
kelas : pendidikan fisika 2b
jurusan : pendidikan fisika
kampus : UIN Syarif Hidayatullah

 PSIKOLOGI PENDIDIKAN
 A. Pengertian Psikologi Pendidikan
           Psikologi terdiri dari dua suku kata yaitu psiko dan logos. Psiko yang berarti “jiwa” sedangkan logos mempunyai arti ilmu. Jadi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jiwa disini mencakup emotion, motivation, intelegency, perception, behavior, character, attitude, personality, minat dan bakat.
Menurut Kalat (2003) dalam bukunya Interoduction to Psychology, menyatakan bahwa psikologi berfokus pada studi tentang pikiran dan jiwa (mind and soul). Menurut Zimmer (2003) menyatakan bahwa psikologi didefinisikan sebagai studi tentang proses mental dan perilaku manusia. Aplikasi dari tujuan dan pentingnya psikologi adalah untuk memperbaiki kualitas hidup manusia yang berbasis pada kesejahteraan psikologis (Suryabrata, 2002; Zimmer, 2003).
Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi pada umumnya. Psikologi, sebagai suatu ilmu merupakan pengetahuan ilmiah,suatu science yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, kajian-kajian ilmiah yang dijalankan secara terencana, sistematis, terkontrol berdasarkan data empiris. Pengertian psikologi dari beberapa tokoh antara lain ialah :
1.      Barlow (Syah, 1997 / hal. 12). Definisi Psikologi pendidikan adalah a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process. Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
2.      Tardif (Syah, 1997 / hal. 13). Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
3.      Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13). Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
4.      Ensiklopedia amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prisip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefesien dalam pendidikan.
5.      (Borich & Tombari, 1997). Pengertian Psikologi pendidikan ialah satu disiplin yang memfokuskan kajiannya kepada pengetahuan teoretikal dan pengetahuan empirikal mengenai pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah.
6.      Alice Crow mengatakan psikologi pendidikan adalah studi tentang belajar, pertumbuhan, kematangan seorang individu dan penerapan prinsip-prinsip ilmiah mengenai reaksi manusia yang mempengaruhi belajar mengajar. 
        Berdasarkan pendapat dari ke enam tokoh di atas, penulis tertarik oleh seorang tokoh yang mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Tokoh tersebut adalah Witherington. Definisi ini mengajarkan kita bahwa bagaimana proses kependidikan berjalan dengan baik dan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap proses kependidikan. Dengan begitu kita dapat menerapkannya dalam proses kependidikan agar berjalan dengan baik.
 B.   Manfaat Belajar Psikologi Pendidikan
Pada dasarnya orang mempelajari psikologi untuk menjadikan manusia agar hidupnya baik dan bahagia. Karena psikologi sekarang ternyata telah memasuki banyak bidang dalam kehidupan, begitu banyaknya persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh psikologi. Misalnya persoalan-persoalan manusia yang hidup di pabrik, di sekolah, di sawah dan sebagainya. Dengan psikologi, manusia tidak ragu-ragu lagi mengubah cara hidup, tingkah laku dan pergaulan dalam masyarakat.
Barang siapa dapat mengetahui psikologi, ia akan dapat menempatkan dirinya sedemikian rupa dimanapun ia berada. Misalnya di lapangan, pendidikan, kedokteran, pengadilan. Industri, jual beli, tentara, pemuda, anak-anak dan sebagainya.
Pendidikan adalah salah satu praktek dari psikologi. Oleh karena itu, sebenarnya seorang pendidik hendaknya juga seorang yang paham tentang psikologi. Sebab apabila tidak demikian si pendidik itu akan berbuat sesuatu dengan tanpa pedoman atau landasan-landasan teori yang semestinya. Psikologi dapat memberi sumbangan pada pendidikan misalnya bagaimana cara anak belajar, berfikir, mengingat, memperhatikan dan sebagainya.
Mempelajari psikologi dalam kehidupan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, tapi juga berguna ketika memahami diri kita sendiri. Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah pendidik, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran dalam pendidikan sarat dengan muatan psikologis.

      C. Metode Mempelajari Psikologi Pendidikan
Untuk mempelajari ilmu psikologi pendidikan menjadi lebih mudah, penulis menggunakan metode belajar seperti diskusi dan mengaplikasikan langsung ke kehidupan sehari-hari (eksperiment). Dengan metode tersebut penulis merasa lebih mudah untuk memahami dan lebih cepat menyerap pelajaran psikologi pendidikan. Pertama, Diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain,  saling berbagi gagasan dan pendapat. Dengan metode diskusi membuat kebanyakan orang atau khususnya penulis melatih visual kita untuk lebih cermat dan tepat dalam memilih sebuah kata. Dengan diskusi pula melatih keberanian kita dan percaya diri kita berbicara di depan banyak orang. Kedua, eksperiment adalah metode yang penulis sukai, karena dengan bereksperiment penulis lebih mudah untuk mengingat pelajaran dan merasakan betul manfaat dari psikologi pendidikan yang bukan hanya sekedar teori belaka.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
     A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap manusia yang meliputi peningkatan secara kuantitatif. Perkembangan adalah suatu proses pertumbuhan yang meliputi peningkatan secara kualitatif dan tidak dapat diukur. Kematangan adalah kesatuan pertumbuhan dan perkembangan yang berproses menuju kedewasaan seseorang dengan mengubah pola tingkah laku.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

     B. Hal-hal yang menyenangkan dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan.
Hal yang paling menyenangkan dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah ketika belajar mengenai konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan. Karena pada bahasan ini, kita dapat mengetahui hal apa saja yang terkait dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dalam diri seseorang. Dengan bahasan ini pula kita dapat lebih memahami dengan baik dasar-dasar dari pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri. Kita dapat mengetahui karakteristik dari perkembangan psikologis seseorang, perasaan seseorang, kepribadian seseorang dan masih banyak yang lainnya. Dengan mengetahui perkembangan psikologis seseorang kita dapat menjaga dan merasakan apa yang sedang terjadi pada diri seseorang tersebut.

TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE

     A.  Pengertian Teori Multiple Intelligence 
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
     B.    Macam-macam Teori Multiple Intelligence



Gambar:http://dhezun-notes.blogspot.com/2013/09/teori-multiple-intelegensi kecerdasan.html
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Secara rinci masing-masing kecerdasaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1.      Kecerdasan matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut.Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
2.      Kecerdasan bahasa
 Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
3.      Kecerdasan musikal        
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
4.      Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
5.      Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.
6.      Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.
7.      Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
8.      Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.
Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak.
Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi  kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
     C.  Intelligence yang ada dalam diri penulis
Intelligence multiple tipe interpersonal dan intrapersonal adalah intelligence yang ada dalam diri penulis karena jika di lihat dari sisi kehidupan penulis, cenderung mengarah kepada Intelligence multiple tipe interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
Contoh kecerdasan intrapersonal yang ada dalam diri penulis adalah pada saat penulis menduduki semester 1, penulis memperoleh IP yang tidak memuaskan yaitu IP dibawah 3. Pada saat itu penulis merasa kecewa dan menyesal, pada saat itu pula penulis mencari tahu apa yang salah dalam diri saya ? seminggu kemudian penulis menyadari bahwa selama semester 1 ini proses belajar yang dilakukan penulis kurang efektif dan efisien, belum bisa mengatur waktu dengan baik. Pada saat itu pula penulis mencoba merubah pola hidup dan gaya belajar agar kejadian di semester 1 tidak terulang lagi dan berusaha memperbaiki IP dengan belajar bersungguh-sungguh dan lebih aktif dalam kelas serta lebih banyak bertanya jika belum mengerti akan suatu pelajaran baik kepada dosen, kakak tingkat maupun teman sebaya.

TEORI BELAJAR

    A.    Pengertian Teori Belajar
Teori belajar adalah suatu teori yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Teori belajar dibagi menjadi empat macam yaitu :
1.      Teori belajar behavioristik
2.      Teori belajar humanistik
3.      Teori belajar kognitif
4.      Teori belajar konstruktivistik
Ke empat macam teori tersebut masing-masing memiliki tokoh penganutnya. Disini penulis hanya akan menjelaskan teori belajar behavioristik dari tokoh Thorndike. 
wikipedia.org
Menurut thorndike teori behavior merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang proses belajar seperti pikiran, perasaan atau hal lain yang dapat  di tangkap oleh alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik saat belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Thorndike memiliki 3 hukum, yaitu : kesiapan, latihan dan hukuman.
Teori belajar yang diungkapan oleh Thorndike menurut penulis adalah teori belajar yang cenderung tidak kreatif. Mengapa tidak kreatif ? karena belajar bukan hanya jika ada stimulus lalu ada reaksi. Tetapi belajar adalah dimana seseorang dapat merubah dirinya menjadi lebih baik meski tidak di berikan stimulus. Dengan tidak di berikan stimulus maka para peserta didik diharapkan dapat mencari masalah dan solusinya sendiri, dengan begitu pola pikir peserta didik akan lebih luas dan wawasan yang dimilikinya bukan hanya yang diberikan oleg guru tetapi dapat juga di dapat dari pengalaman.
    B.   Macam-macam teori belajar
  1. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman . Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
  2. Teori konstruktivistik adalah teori yang percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan masalahnya sendiri.
  3. Teori humanistic. Teori ini lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan.
  4.  Teori kognitif. Pembelajaran yang lebih menekankan pada pengetahuan dan pengalaman peserta didik
Teori belajar kognitif adalah teori yang penulis sukai, karena di lihat dari kelebihan teori kognitif ini adalah guru membantu peserta didik dalam belajar menjadi lebih mudah dan meningkatkan motivasi peserta didik dalam memahami pelajaran. Pada jurusan pendidikan fisika teori sangat cocok, karena dengan teori ini para mahasiswa lebih termotivasi dalam memahami dan menjadi lebih mudah dalam belajar tanpa harus menghapal rumus , tetapi justru dengan trik-trik yang membuat belajar fisika itu mudah dan mengasyikan.
    C.  Ciri-ciri guru yang beraliran Behaviorisme
  1. Guru yang lebih sering memberikan latihan berupa soal-soal kepada para peserta didik 
  2.  Guru yang lebih menekankan mekanisme hasil belajar 
  3. Guru yang lebih menekankan peranan lingkungan 
  4. Guru yang memberikan reward kepada siswa yang memperoleh hasil belajar dengan baik 
  5.   Guru yang memberikan punishmen kepada siswa yang melanggar peraturan
D.     Ciri-ciri guru yang beraliran Humanisme
  1. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik. 
  2. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang. 
  3.  Guru yang cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya dihargai. 
  4.  Guru yang mengakui potensi yang dimiliki peserta didik
MOTIVASI
   A.    Pengertian Motivasi   
Dalam kata Latin, kata motivasi berasal dari kata motivum menunjukan pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Dan dalam bahasa Inggris motivaion berasal dari kata motivum itu sendiri. Motivasi mempunyai intensitas dan arah (direction). 
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasismenya dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
   B.     Jenis-jenis motivasi
Secara umum, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik
  1.  Motivasi Instrinsik : Adalah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tidak usah dirangsang dari luar. Contohnya. Ada orang yang gemar membaca, tidak perlu ada orang lain yang menyuruhnya, ia akan mencari sendiri buku-buku itu untuk dibaca motivasi instrinsik dapat diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya ada kaitannya langsung dengan nilai-nilai yang terkandung didalam objeknya/tujuan perkerjaannya itu sendiri. Misalnya seseorang mahasiswa yang tekun mempelajari psikologi umum karena ia ingin sekali menguasai pengetahuan/pelajaran itu. 
           Motivasi intrinsik dapat ditanamkan dan dikembangkan melalui beberapa hal berikut ini (Winkel, 2005: 182): (1) Menjelaskan kepada siswa manfaat dan kegunaan bidang studi yang diajarkan, khususnya bidang studi yang biasanya tidak menarik minat spontan, (2) Menunjukkan antusiasme dalam mengajarkan bidang studi yang diacu dan menggunakan prosedur didaktis yang sesuai dan cukup bervariasi, (3) Bilamana dimungkinkan dari segi tujuan pengajaran (isi dan jenis prestasi) melibatkan siswa dalam sasaran yang ingin dicapai, sehingga belajar di sekolah tidak sekedar dipandang sebagai kewajiban yang serba menekan, dan (4) Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang dapat memenuhi kebutuhan motivasional pada siswa, baik mereka yang mengalami ketakutan yang positif maupun yang negatif.
    2. Motivasi Ektrinsik
         Adalah motivasi yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misanya, orang yang belajar dengan giat karena diberitahukan akan ada ujian. Motivasi ini juga dapat diartikan sebagai  motivasi yang pendorongnya di luar kaitan//tidak ada hubungannya dengan nilai yang terkandung didalam objek/tujuan perkerjaannya. Misalnya seseorang  siswa mau belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin memperoleh nilai baik dan sebagainya.
   C.    Motivasi eksternal dan internal yang mempengaruhi penulis memilih jurusan Pendidikan Fisika
  1.  Motivasi internal      Memilih jurusan pendidikan fisika bukanlah hal yang mudah bagi sebagian peserta didik. Perlu pertimbangan yang sangat matang untuk memilih pendidikan fisika sebagai jurusan yang di pilih. Begitu pun dengan penulis, hal yang mendasari penulis akhirnya memilih jurusan pendidikan fisika adalah faktor minat dan cita-cita. Minat penulis memilih jurusan ini adalah karena ada nya rasa ketertarikan penulis terhadap pelajaran fisika. Penulis ingin lebih mendalami tentang ilmu fisika. Ilmu fisika adalah suatu ilmu yang membahas tentang fenomena alam yang terjadi di alam semesta ini. Penulis ingin menguak lebih dalam mengapa peristiwa-peristiwa yang ada di alam semesta ini dapat terjadi. Pastinya akan sangat seru dan asyik jika kita mengetahuinya. Selain minat faktor kedua yang mendasari penulis memilih jurusan pendidikan fisika adalah cita-cita. Cita-cita penulis di sini adalah penulis ingin menjadi seorang fisikawan yang terkenal seperti salah satu tokoh fisika yaitu albert einsten. Selain itu penulis juga bercita-cita ingin menjadi guru yang dapat merubah pola pikir para peserta didik mengenai fisika. Selama ini para peserta didik menganggap bahwa belajar fisika itu sulit. Hal ini pula yang ingin penulis perbaiki dan merubahnya bahwa belajar fisika itu mengasyikan. Penulis mengumpamakan bahwa belajar fisika itu seperti sebatang coklat. Mengapa demikian ? penulis berpikir bahwa coklat adalah makanan yang lezat dan membuat seseorang jika sudah memakannya ingin memakannya lagi dan lagi. Begitu pula dengan belajar fisika, jika kita sudah menikmati lezat dan nikmatnya belajar fisika maka kita akan terus belajar dan belajar sampai jawaban yang kita inginkan terjawab dengan tuntas. 
    2.  Motivasi eksternal : Selain faktor internal, ada juga faktor eksternal yang mendasari penulis memilih jurusan pendidikan fisika, yaitu orang tua dan guru sewaktu di Madrasah Aliyah. Mengapa mereka berdua yang menjadi faktor eksternal bagi penulis ? karena dengan adanya dukungan dari mereka berdua penulis semakin yakin bahwa pendidikan fisika adalah jurusan yang tepat untuk penulis dan masa depan penulis nantinya. Faktor sedikitnya pengajar ilmu fisika juga yang mendasari memilih jurusan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Esti, Sri, Wuryani Djiwardono. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : grasindo
Yudhawati, Ratna, S. Psi., M, Psi dan Dany Yaryanto, S. 2011. S teori-teori psikologi pendidikan. Jakarta. Prestasi pustaka
Darsono, max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang press
(diakses pada tanggal 22 april 2015 pukul 19.30 wib)